Meraih Cita

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. 

"Life has its ups and downs. You will never fully appreciate the ups unless you have some downs"


(Gambar ini diambil saat study banding kelas XII IPA 1 MAN Buntet Pesantren Cirebon ke ITB per Desember 2013)

      Liburan semester tengah dijalani. Liburan kali ini saya memutuskan untuk tetap tinggal di Kota Pelajar ini.  Sebagai mahasiswi tingkat akhir tentu ada amanah yang harus segera diselesaikan, temen-temen pasti tahu kan yaa apa ? Yapsss, bener sekali skripsi, tapi kalau saya biasa menyebutnya Tugas Akhir, Di tengah-tengah kerepotan mengurus tugas akhir, tentu ada waktu luang yang cukup banyak karena tidak berbarengan dengan masuk kuliah. Kak ko lagi buat TA malah banyak waktu luangnya? Jawabannya iya, karena saat ini masih belum mulai penelitian baru proposal. Dalam prinsip belajar saya maksimal mengerjakan TA 6-7 Jam sehari, ngga boleh lebih dari itu. Karena jujur segitu saja terkadang sudah pusing kalau bagi saya. Waktu pengerjaan nya pun hanya di pagi hari maksimal siang. Saya bukan tipe orang belajar sebelum tidur malam atau sampe begadang, karena ngga terbiasa seperti itu. Ibu selalu mengajarkan saya lebih baik belajar pagi, kalau bisa sebelum subuh. Nasihat itu ternyata berpengaruh sampe sekarang. 6 Jam itu ngga berturut-turut yaa ada jedanya hihihi. Seperti yang kita ketahui dalam sehari ada 24 jam, sehingga waktu di luar jam pengerjaan TA saya ada kurang lebih 18 jam an, dikurangi waktu tidur 6 jam, sehingga tinggal 12 jam an waktu luang. Sebeneranya saya bingung mau ngapain dan terkadang malah menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak berguna. Astaghfirullah. Di saat sebelum tidur saya sedang merutinkan baca buku, doakan yaa semoga istiqomah. Pada suatu malam saya membaca buku motivasi karangan mba Dewi Nur Aisyah, nah salah satunya membahas mengenai manajemen waktu. Saya pun tertampar dengan isi tulisan dibuku itu yang tak lain nasihat dari Ibnul Qoyyim:

"Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutuskan dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskan hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya"

Dari sini saya sadar bahwa waktu luang harus kita waspadai. Umar Bin Khattab pun berkata :waspadailah waktu luang karena ia lebih banyak membuka pintu maksiat daripada syukur. Maka, dari itu saya ingin mengisi waktu luang saya salah satunya dengan menulis. Semoga nanti membawa manfaat minimal untuk diri saya sendiri, dan berharap semoga bermanfaat  juga bagi yang membaca (*kalau ada yang baca hehehe).
Di tulisan ini saya ingin sedikit berbagi pengalaman bagaimana perjuangan saya sampai akhirnya menjadi mahasiswa di universitas kerakyatan ini. Alasan saya ingin berbagi cerita tentang ini karena pada kesempatan Univ Day di sekolah saya  besok Rabu-Kamis 17-18 Januari 2018 saya belum bisa berkesempatan hadir. Sejujurnya sedih, namun apa daya masih harus bertahan di kota ini. 

Terlahir di sebuah desa yang cukup terpencil di Brebes, saya bersekolah dari SD-MTs di kota kelahiran saya. Namun, saat MA saya hijrah ke Cirebon, dengan alasan ingin mesantren. Pesantren pilihan orang tua saat itu yaitu Buntet Pesantren. Saya pun menurut pilihan kedua orang tua, disitu juga ada sekolah formalnya. Jadi, sambil mesantren saya tetep sekolah formal. Singkat cerita sayapun diterima menjadi siswi di MAN Buntet Pesantren. Sekeder info Buntet Pesantren berlokasi di Kabupaten Cirebon, tepatnya di Kecamatan Astanajapura. 

Hari demi hari, bulan demi bulan saya jalani sebagai siswi di madrasah itu. Sampai saatnya saya duduk di kelas XI IPA semester ganjil, saat itu ada guru dan kaka kelas yang menawarkan ke kelas-kelas IPA mengenai lomba "Lomba Cepat Tepat Fisika" yang diadakan UPI. Lombanya bersifat kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari 3 siswa/siswi dan sudah ada 2 kaka kelas yang menjadi anggota kelompoknya, jadi tinggal nyari 1 lagi dari kelas XI. Mendengar berita itu jujur saya sangat interest, karena sudah lama sekali ngga ikut lomba, terakhir SD kelas V. Tanpa pikir panjang saya pun mendaftarkan diri, awalnya ngga begitu berharap keterima karena cuman butuh 1 siswi lagi dari kelas XI, sedangkan kelas XI aja ada sekitar 120 murid, maka harapan lolos seleksi antar siswa pun pasti sangat kecil. Saya pun pasrah, kalau memang rezeki saya Insyaallah lolos kalau ngga yaa nanti di coba di kesempatan lain lagi. Namun, di luar dugaan saya ternyata ngga ada anak kelas XI IPA yang mendaftar selain saya, jadi saya pun lolos dan menjadi anggota lomba LCTF itu. Ketika itu saya heran masa ngga ada yang daftar, padahal temen-temen yang lebih jago Fisika di Kelas XI IPA itu cukup banyak lohh. Kembali lagi mungkin ini rezeki berupa kesempatan yang Allah berikan kepada saya. Pikiran saya saat itu, ini kesempatan langka Nis, ayoo berikan yang terbaik buat almamatermu. Persiapan pun di mulai. Saya kebagian belajar mater kelas X. Dan kedua kaka kelas saya yaitu Mba Nisa dan Kak Ade yang materi kelas XI dan XII. Hari lomba pun tiba, kami diantar Pa Dadang dan Bu Dini ke tempat lomba yaitu di SMAN 2 Cirebon. Sekitar seminggu setelah lomba, saya dipanggil Bu Dini ke kantor, beliau bilang kami ngga masuk 3 besar. Perasaan saya waktu itu jelas sedih, kembali lagi ingat kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Semangattt Nisaaa. 

Di semester genap kelas XI saya kembali dipercaya mewakili sekolah mengikuti lomba "Cepat Tanggap Matematika" yang diadakan oleh IAIN Syekh Nur Jati Cirebon. Untuk lomba ini saya tidak mendaftarkan diri, namun dipilih oleh guru matematika saya yaitu Bu Nana. Saya cukup kenal dekat dengan beliau karena kadang-kadang saya menggantikan beliau mengajar di kelas saat Ibu nya berhalangan hadir. Awalnya grogi dan ga pede pas disuruh ngajar, apalagi ngajar nya sama-sama anak kelas XI. Tapi ibunya meyakinkan saya , pasti Nisa bisa. akhirnya saya mau. Tapi kegiatan menggantikan beliau ini ngga begitu sering tergantung jam kelas saya. Dari kegiatan mengajar ini tentu ada pengalaman baru yang saya peroleh. Alhamdulillah. Kembali lagi ke lomba "Cepat Tanggap Matematika", saya mengikuti lomba ini berdua dengan teman saya namanya Nela. persiapan untuk lomba kali ini lebih matang dari pada lomba sebelumnya, saya dan Nela dibimbing oleh Pa Mi'raj (Guru Matematika kelas X). Hasil dari lomba ini saya hanya peringkat 47 dari sekitar 265 peserta. Alhamdulillah masuk 25 % per tertinggi. Peringat saya tidak terlalu baik, tapi saya sangat bersyukur dengan hasil itu, karena kemenangan bukan segalanya, yang lebih penting prosesnya. Perlombaan ini diikuti oleh sekolah-sekolah dari Kuningan, Sumedang, dan Cirebon. 

Tidak berapa lama setelah mengikuti lomba tersebut, saya kembali dipanggil ke kantor oleh guru Kimia dan Biologi saya yaitu Bu Juju dan Bu Dini. Saat itu saya mikir mau apa yaa dipanggil? masa disuruh ikut lomba kimia/biologi? Kalau iya ditawarin itu saya harus benar-benar memutuskan, masalah nya saya ngga begitu bisa di Kimia apalagi Biologi. Kalau kimia kemungkinan saya mau, karena masih sedikit paham daripada Biologi. Kalau Biologi saya ngga suka, karena banyak hapalannya, hihihi. Tapi, diluar dugaan ternyata saya ditawari untuk ikut Lomba "Kompetisi Sains Madrasah/KSM" bidang Fisika mewakili kota Cirebon. Ya Allah sekarang ngga hanya membawa nama almamater sekolah tapi juga membawa nama kota Cirebon. Apa nanti saya ngga mengecewakan? Buang jauh-jauh pemikiran itu Nis, kamu dipilih berarti kamu dirasa sanggup oleh guru mu. Bismillah. Persiapan lomba ini dilakukan selama 2-3 bulan bersama guru Fisika saya yaitu Pa Kholil. setiap Jum'at saya belajar di rumah beliau di daerah Karangsembung sekitar 20 menit naik Elp. Ketika belajar saya di temani temen-temen yang lain juga yang pengin belajar bersama Bapaknya. Ada kejadian menarik mengenai les ini, suatu sore saat itu kebetulan temen saya sudah pulang duluan. Sedangkan karena saya mengejar target harus pulang terakhir sekitar jam 17.00. Dari rumah beliau saya jalan kaki menuju jalan raya, ditunggu sampai jam 17.40 ngga ada Elp yang lewat. Ya Allah ini gimana pulangnya bentar lagi Maghrib, dan sholat berjamaan di pondok lalu ngaji. Kalau terlambat gimana yaa? Apa saya balik lagi ke rumah beliau yaa minta diantarkan, tapi ngga enak takut merepotkan. saya pun terus berdoa dan bersholawat semoga ada Elp yang lewat. Dan akhirnya ada Elp yang lewat Alhamdulillah, saya pun memberhentikannya. Namun, pas mau naik ragu di dalam hanya ada supir dan 1 penumpang laki-laki. ya Allah aman ngga yaa, saya takut. tapi kalau ngga naik Elp ini pasti bakal ketinggalan Jamaah dan ngaji, akhirnya saya pun memutuskan untuk tetap naik Elp itu, saat itu Bismillah semoga Allah melindungi saya sambil terus melapalkan doa sepanjang perjalanan. Alhamdulillah sampai juga di depan Masjid LPI (Lembaga Pendidikan Islam) Buntet Pesantrean, masjid ini sebagai pintu gerbang masuknya daerah pesantren saya. Sebelum pulang saya lihat jam masih ada waktu sekitar 15 menit sebelum maghrib, saya pun membeli sedikit gorengan buat dimakan bareng-bareng. Sampai gerbang pondok alhamdulillah maghrib masih 5 menit lagi. Saya pun tak henti mengucap syukur atas pertolongan-Nya. Dan setelah sampai di dalam pondok disambut temen-temen yang ternyata mengkhawatirkan saya karena belum pulang sampai sesore ini sampai-sampai ada dari mereka menelpon guru yang mengajari saya tadi, tapi untungnya belum lapor ke Pa Yai/Bu Nyai, kalau sudah dilaporkan saya merasa bersalah karena melanggar aturan pondok pulang sesore itu dan membuat khawatir beliau. Tapi untung itu belum terjadi. Mereka mengkhawatirkan saya, karena saya termasuk orang yang suka lupa kalau naik angkutan umum, maksudnya saya suka salah naik Elp yang tujuannya salah, pernah dulu ketika ke kota Cirebon saya salah memberhentikan angkot alhasil kami dibawa muter-muter, padahal tujuan kami waktu itu mau ke Perum. Saya bersyukur mempunyai sahabat-sahabat di pondok, mereka begitu peduli terhadap sesama. Itulah yang ku rindukan. Singkat cerita hari perlombaan pun semakin dekat, saya, Pa Kholil, Pa Muhdi (Kepsek MAN Buntet), Pa Asep (kepsek MAN Ciledug), Bu Aini (Guru MAN Ciledug), dan Lusi (Siswi dari MAN Ciledug yang akan mengikuti lomba juga bedanya kalau dia bidang Biologi). Karena pas berangkat ke sekolah itu masih sebelum Subuh akhirnya saya membangunkan kedua temen saya buat nganter ke sekolah. Sesampai di sekolah ternyata sudah kumpul semua. Kami pun sholat Subuh terlebih dahulu sebelum berangkat di Ruang Kepala Sekolah. Untuk izin ke pihak pondok saya izin malam sebelumnya, saya izin ke Kang Abu (Menantu Kyai saya), Pa Yai, Bu Nyai dan Kang Ita (anak Pa Yai). Saya meminta restu mohon di doakan selamat samapi di Bekasi dan dapat hasil terbaik dari-Nya. Oiyaa tempat lombanya di asrama haji Bekasi. Di tengah perjalanan kami sarapan bersama rombongan MAN Babakan Ciwaringin juga. sampai Bekasi sekitar Ba'da Dzuhur. Lalu registrasi, ke kamar, istirahat sebentar. Ba'da Asar kami menghadiri grand opening KSM.  Sebelum acara di mulai kami pun saling kenalan antar perwakilan kota Cirebon. Ada yang dari MAN Babakan Ciwaringin, MAN Cirebon 1, dan MAN Ciledug. Saat itu yang mengikuti lomba ber-6. Perlombaan dilaksanakan besok paginya. Malam sebelum lomba saya ngga belajar, hanya sedikit mencoba mengingat-ingat rumus dan konsep dasar. Tentu saya meminta doa kedua orang tua saya semoga besok diberi kemudahan dan dapat hasil terbaik dari-Nya. Pesan Ibu saat itu jangan lupa perbanyak baca sholawat, biar hatinya tenang. Besoknya alhamdulillah setelah mengikui saran Ibu, pas mengerjakan soal saya bisa tenang dan ngga deg-deg an sehingga konsentrasi saya tidak terganggu. Setelah selesai tes saya diajak makan siang oleh kepala sekolah. Waktu pengumumanpun tiba, saya ngga berani lihat papan pengumuman, akhirnya guru saya yang lihat. Dan beliau ketok-ketok pintu mengabari bahwa saya peringkat 7 dari 25 peserta. Awalnya saya sedih karena target saya ingin masuk 5 besar, tapi kembali lagi pasti ini hasil terbai dari-Nya. Namun, bagi guru-guru ku beliau berterimakasih sudah masuk 10 besar itu tidak memalukan, karena saya memang bukan darisekolah yang diunggulkan. Untuk perwakilan Cirebon yang masuk 5 besar ada Fahim dan Andad dari MAN Babakan Ciwaringin. Fahim bidang Geografi dan Andad Kimia. 


Pelajaran yang dapat saya ambil dari ketiga pengalaman mengikuti lomba yaitu ketika ada kesempatan jangan takut untuk mencoba dan jangan minder kalau kita bukan dari sekolah pavorit. Tugas kita sebagai makhluk-Nya hanya ikhtiyar untuk hasil kita serahkan pada-Nya. Hasil yang diperoleh pasti hasil yang terbaik dari Allah.

Setelah lomba KSM itu saya pensiun hihi, karena sudah kelas XII saatnya memberi kesempatan adik kelas untuk meneruskan estafet, dan semoga mereka bisa lebih baik dari saya.

Duduk di kelas XII saya sadar saatnya saya berjuang untuk meraih mimpi saya yang lain yaitu lulus UN dan masuk PTN impian. Saat itu PTN impian saya yaitu kampus Ganesha atau lebih dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Motivasi saya masuk ITB saat itu ingin menjadi pelopor anak MAN masuk kampus ITB. Karena sampai tahun 2014 yang merupakan angkatan ke-62 belum ada alumni yang masuk kampus Ganesha itu. Saya pun bermimpi ingin memecahkan rekor itu dan membuktikan bahwa anak MAN pun bisa ikut bersaing.

Meraih cita-cita ku yang satu itu saya sadari sangat susah dan tantangan besarpun menanti. Mulai libur semester genap sebelum kenaikan kelas XII saya isi liburan dengan belajar dan mengikuti kuis-kuis Fisika atau bidang MIPA lain di grup facebook. Saya pikir dengan cara seperti ini liburan saya lebih bermanfaat dan bisa saling berbagi ilmu di media sosial fb. Semester ganjil kels XII saya masih fokus pelajaran dan mempersiapkan UN juga.

Liburan semester ganjil kelas XII saya memulai mempersiapkan untuk tes SBMPTN buat jaga-jaga kalau SNMPTN nya ngga lolos. Saat liburan itu saya membeli buku soal-soal SBMPTN. Setelah membeli buku itu saya target perhari minimal 9 soal TKD dengan rincian 3 soal B. Inggris, 3 soal B. Indonesia, dan 3 soal Matemaika Dasar. Minimal 5 soal TPA, 1 soal Fisika, 1 soal kimia, 1 soal biologi, dan 1 sial matematika. Untuk yang matkul MIPA saya membatasi 1 hari 1 soal. Prinsip saya waktu itu 1 soal tapi bener-bener paham konsepnya. Setelah terselesaikan semua soal TKP, TKD, dan Tes  MIPA dalam 1 bundel soal SBMPTN per tahunnya, saya mencoba mengerjakannya kembali seolah-olah sedang melakukan tes SBMPTN beneran. Dari situ yang saya bisa melihat kemampuan saya dan kelemahan saya yang harus diperbaiki. Dan itupun dijadikan tolak ukur biat nanti saat tes benerannya. Setelah liburan selesai saya kembali ke pondok dan memulai aktivitas saya kembali baik di pesantren atau pun di sekolah formalnya. Target pengerjaan soal-soal SBMPTN ketika sudah mulai aktif sekolah dan ngaji saya sedikit kurangi yaitu menjadi satu untuk setiap bidangnya kecuali TPA tetep 5. Karena saat itu saya juga harus fokus ngaji dan hafalannya, serta persiapan UN. Waktu belajar untuk UN dan SBMPTN ketika di pondok saya lakukan di tengah-tengah waktu luang kalau jeda ngaji. Misalnya jam 17.00-18.00 setelah ngaji Qur'an dan sebelum Jmaah maghrib, setelah ngaji dirosah sekitar pukul 21.00-22.00 lalu tidur, atau sebelum sholat subuh. Dan kalau ada waktu lain yg tak terduga misal saat libur ngaji. Waktu luang di pondok untuk belajar mengenai sekolah memang tidak begitu banyak. Karena memang saat di pondok waktu ngaji lebih banyak. Namun, alhamdulillah nya ga tau kenapa  meski dengan waktu yang sedikit tapi masih bisa belajar dan bisa menyelesaikan target. Mungkin ini yang namanya waktu yang barokah yaaaa.

Pendaftaran SNMPTN dan PTAIN (lupa nama nya semacam SNM tapi kampus tujuannya yang berbasis Islam intinya) di mulai , saya pun mendaftar keduanya. SNMPTN saya memilih FTI ITB, MIPA ITB, dan Fisika UNY. Untuk UMPTAIN saya memilih UIN Jogja dan UIN Bandung pilihannya fisika dan matematika. Belum rezeki saya ngga lolos 2 tes itu. Alhasil saya harus menempuh jalur SBMPTN, bismillah.  Setelah UN selesai di pertengahan April saya fokus kembali ke target-target pengerjaan soal-soal SBMPTN saya. Karena buku yang pertama sudah selesai dikerjakan saya pun membeli buku baru lagi buat bahan latihan. Terus ku tekuni soal-soal itu. Ditengah persiapan ini saya masih tetep menjadi santri dan mengikuti kegiatan pondok hehehe.

Awal Juni saya izin ke Jogja buat persiapan SBM karena saya milih panlok Jogja dan memperoleh tempat ujian di FTP UGM. Sebelum berangkat ke Jogja ini saya sudah izin dari pondok tapi belum boyong yaaa hehehhe. Saya berangkat awal ke Jogja karena kata orang tua saya kalau di rumah belajar nya ngga fokus hehehe. Padahal di Jogja sama malah saya merasa kesepian. Karena di Jogja ngga betah saya pun akhirnya ke Klaten, disana saya bersama mba sepupu saya dan suaminya serta kedua anaknya. Di Klaten sekitar 10 hari kegiatan saya di sana masih belajar tapi ngga begitu rajin kalau menurut saya. Namun, saat di Klaten saya diajarkan lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Hampir setiap malam saya diajak ikut sholawatan ataupun menghadiri pengajian. Kata teteh saya insyaAllah ini juga sebagai usaha untuk meraih mimpiku itu. Teteh saya juga mengajarkam saya yang lain yaitu bangun di sepertiga malam untuk menghadap-Nya. Dan tirakat juga.

Tujuan saya di Jogja saat itu tidak hanya untuk tes SBMPTN saja, namun dalam waktu yang berdekatan dengan SBM saya ikut ujian UTUL UGM dan UMPTAIN. Awalnya saya hanya daftar dua ujian saja yaitu SBM dan UMPTAIN, tapi di tengah-tengah ujian keduanya terselip UTUL UGM, saya mengetahui info itu 1 hari sebelum penutupan pendaftaran, besoknya saya ceritakan ada ujian itu ke dua orang tua. Kata orang tua suruh daftar aja, mumpung lagi di Jogja juga. Tapi jujur saya ragu, bisa ngga yaa mengikuti ujian itu? Ini seleksi masuk UGM, kampus yang terkenal pasti banyak yang minat, sedangkan saya hanya  siswa bukan dari sekolah pavorit. Akhirnya saya memberanikan diri mengikuti pendaftaran onlinenya, Bismillah. Dapatlah Username dan suruh melakukan pembayaran. Karena saya bingung dan ragu-ragu, alhasil ngga taunya sudah sore dan bank pasti sudah tutup. Waduh gimana ini bayarnya udah hari terakhir lagi? Kalau pakai atm ngga ngerti dan ngga ada uang segitu di atm? Sayapun pasrah, kemudian saya buka grup FB pejuang masuk PTN, ada info katanya pembayaran online UTUL diperpanjang 1 hari. Sayapun sangat bersyukur saat itu, Ya Allah terimaksih saya masih ada kesempatan buat UTUL itu. Pas teteh sepupu saya pulang, saya cerita besok pengin pulang ke Jogja buat bayar seleksi di Bank UGM (padahal waktu itu Sabtu, jadi bank UGM nya pun tutup, tapi ngga sadar itu). lalu teteh saya bilang ngga tega kalau saya pulang sendiri ke Jogja pakai angkutan umum, saat itu teteh saya ngga bisa nganter ke Jogja karena suaminya lagi ke Malang. Walhasil kata suami teteh saya sudah pulangnya besok saja diantarkan, beliau akn pulang nanti malam. Saya pun menurut, kata teteh saya bayar UTUL nya lewat atm saja Nis, coba buka web cara pembayaran lewat atm. Saya pun mencoba buka web, kata teteh saya suruh tulis tata caranya. Akhirnya berangkat bertiga naik motor bersama teteh saya dan anaknya. Tujuan pertama kita ke atm bersama untuk transfer uang di atm mandiri saya ke atm BRI teteh saya lalu nanti kekurangannya dari uang di atm teteh saya, tapi ngga tau kenapa saat itu transfer gagal terus, kayanya memang sedang rusak soalnya pas nyoba pakai atm teteh saya pun ngga bisa. Kata teteh saya yaudah kita langsung ke atm BRI saja yaaa kayanya uang teh Emah ada Rp.300.000 di atm nya. Pergilah ke atm BRI, ngantri beberapa waktu, tiba giliran masuk, setelah memasukkan atm ke mesin, mengikuti langkah-langkah yang saya tulis dari web dan terakhir memasukkan nilai nominal pembayaran ternyata uang teteh saya di atm ngga mencukupi alias saldo atom ngga ada sebesar itu. Kata teteh saya satu-satunya cara transfer uang yang ada di atm saya ke atm teteh saya, kami pun kembali ke atm bersama yang tadi pengin nyoba lagi. Di cobalah kembali transper dari atm saya ke teteh saya, namun tetep gagal. Gimana yaa, sedang kalau harus ke atm Mandiri itu adanya di Kota Klaten nya dan itu cukup jauh sekitar 1 jam perjalanan. Disitu teteh saya berpikir, kita kembali aja ke atm BRI tadi Nis, lah kenapa teh, teh Emah penasaran ko saldo teh Emah ngga ada 300.000, saya pun menurut. Disana kami duduk lalu teteh saya telpon Ibu nya, menanyakan masalah transfer gitu soalnya Ibu nya teteh saya habis transfer tapi ko ngga masuk. Kata Ibu nya beliau, sepertinya transfer ke atm yang di bawa oleh suami teteh saya. Wahh berarti memang bener di atm teteh saya ngga ada uang segitu, sayapun bilang ke teteh saya, udah teh gapapa ngga usah bayar aja, Nisa ngga usah ikut UTUL InsyaAllah SBM sama UMPTAIN saja. Saat itu saya ngga enak ke Teteh saya dan kasihan melihat anaknya yang terlihat lelah dan ngantuk. Namun, kata teteh saya jangan-jangan harus tetep ikut perjuangan kita buat bayar sudah sampai sini kalau ngga jadi itu sia-sia. Bentar Teh Emah coba menghubungi teh Tin (teteh sepupu saya yang di Jombang), teteh saya pun bercerita apa yang kita alami, dan minta tolong kalau transfer uang kekurangannya yaitu 100.000 bisa ngga. Kata teh Tin bisa-bisa, dan kebetulannya lagi saat itu teh Tin lagi di atm juga, jadi bisa langsung mengirim. Alhamdulillah ya Allah pertonganmu hadir. Setelah teh Tin transfer saya pun bisa melakukan pembayaran online lewat atm teteh saya. Alhamdulillah. Setelah itu kami istirahat sebentar di depan atm, karena jujur cape bolak balik atm BRI-ATM bersama. Di tengah-tengah istirahat  Teh Emah bilang, Alhamdulillah yaa Nis akhirnya bisa bayar, InsyaAllah perjuangan  ini ngga sia-sia yaa. Aamiin. Satu pesan yang bisa diambil dari kejadian ini:

"Janganlah kita mundur disaat kelelahan dan keputusasaan mencapai puncaknya. Sesungguhnya pada saat itu tantangan tengah kita jalani. Bahwa karena Allah cinta, maka di titik terlemahlah ujian menyapa kita. Karena Allah sayang, maka bisa jadi disaat terakhirlah pertolongan-Nya datang. Karena Allah tahu, maka ditangguhkan". (Dewi Nur Aisyah)

Setelah 10 hari menginap di Klaten, besoknya  1 hari sebelum tes SBM saya kembali ke Jogja diantarkan keluarga teteh saya. Sorenya saya survey lokasi tes bersama teh Azmy. Singkat cerita, ketiga tes sudah dijalankan. Tentu ketiganya memiliki tingkat kesulitan masing masing. Tes SBM dan UTUL hampir sama tingkat kesulitannya, bedanya tes UTUL lebih banyak soalnya. Untuk tes UMPTAIN ini dilakukan 2 hari, hari pertama tes TPA, TKD, dan pengetahuan agama, sedangkan hari kedua tes saintek nya. Dari ketiga tes yang dilakukan, saya merasa yakin bisa lolos UMPTAIN, penyelesaian soal-soal tesnya saya rasa sudah maksimal dan insyaallah banyak betulnya. Dari ketiga tes ini yang paling deg-deg an itu pas UTUL ga tau kenapa, saat tes seruangan banyaknya anak-anak Cina. Pikir saya waktu itu pasti mereka pintar-pintar. Mereka juga masih belajar sampai sebelum masuk dan belajar di waktu istirahat. Sedangkan saya, sebelum masuk hanya diam ga pegang buku apa-apa hanya saja saat itu saya terus melapalkan sholawat di dalam hati. Di saat rangkaian tes selesai, ada sedikit sambutan dari pihak panitia. Beliau mengatakan tes sudah dilaksanakan saat nya terus berdoa semoga bisa lolos di kampus ini. Ketika itu saya gerentes di hati "Ya Allah semoga saya diberi kesempatan lolos tes ini".

Ketiga tes sudah dijalani. Saatnya pulang ke Brebes, buat boyongan dan pamit ke Pa yai, Bu Nyai, Kang Abu, kang Ita. Ketika boyongan saya diantar oleh kedua orang tua saya dan kaka sepupu saya. Bersamaan dengan pamitan kepada beliau-beliau saya pun memohon doa dari beliau semoga ikhtiyar saya masuk PTN membuahkan hasil dan semoga saya mendapat hasil terbaik dari-Nya. Dan tak lupa memohon ridho dari beliau-beliau serta memohon maaf atas kesalahan-kesalahan saya di pondok. Pesan dari beliau saat itu jangan lupa sholatnya, ngajinya, banyakin baca sholawat setelah boyong dari pondok.

Sambil menunggu hasil ketiga tes itu, sayapun kembali mendaftar tes yaitu UM UIN Sunan Kalijaga Jogja. Persiapannya masih sama terus ikhtiyar dan lebih mendekat pada-Nya. Tepat 2 minggu setelah pulang dari Jogja saya pun kembali ke Jogja buat tes. Untuk tes ini juga alhamdulillah lancar,  tes iniberlangsung selama 2 hari. Tes hari kedua selesai, sore harinya saya pulkam ke Brebes lagi bersama kedua temen saya. Pada jam 17.00 di hari itu pengumuman SBMPTN. Saat di bis biasanya saya bisa tidur, namun saat itu yang ada bawaannya gelisah dan takut. Kedua temen saya sudah buka pengumuman saat d bus sedangkan saya ga mau buka meskipun ditawari buka hp dia. Saya berpikir kalau buka sekarang lalu hasinya belum sesuai harapan, tentu akan membuat saya sedih, saya ngga mau terlihat sedih di depan temen-temen saya. Di perjalanan banyak sms yang masuk menanyakan apakah saya lolos SBM atau ngga. Saya bilang belum buka soalnya lagi ngga bisa buka laptop masih di perjalanan pulang, banyak dari temen saya juga yg nawarin mau di bukain ngga hehehe. Tapi saya bilang ngga makasih nanti saya buka sendiri aja. Sampai di rumah sekitar pukul set.2 dini hari. Saat itu ibu mengajak saur dulu baru buka pengumuman. Tapi karena saya prnasaran saya langsung buka laptop, dengan jari gemetar saya membuka link pengumuman, memasukan password dan username. Jeng jeng saya belum lolos SBM. Sedih?? Tentu sedih. Tapi tidak boleh berlarut-larut. Besok siang nya saya mulai mendaftar online untuk UM UNY dan UNDIP. Sorenya sekitar jam set. 3 an saya pergi ke Bank bersama bapak saya. Dan apa yang terjadi? Bank sudah tutup alhasil pembayaran ngga jadi dan seingetku yang UNY waktu itu hari terakhir pembayaran. Sedih yaaa itu yanhg saya rasakan waktu itu. Tapi kembali lagi semoga ada hikmah nya. Besok nya pengumuman UTUL UGM. Saya ingat betul waktu itu hari Jum'at, 18 Juli 2018 jam 15.00 pengumuman UTUL. Sore itu seperti biasa karena bulan Ramadhan mulai jam 14.00 sudah siap2 masak d dapur. Hari itu perasaan saya deg deg an tapi ngga mau terlalu berharap soalnya SBM saja  ngga keterima, apalagi ini UGM. Pukul 15.00 Bapak mengingatkan suruh buka pengumuman tapi saya bilang nanti saja ba'da sholat asar buka nya. Saya pun sholat Asar berjamaah di Mushola, setelahnya saya pun memberanikan di fisiri menyalakan laptop, connect in internet, dan membuka web um.ugm.ac.id, buka halaman pengumuman dengan tangan gemetar, masukkan username dan password, dan taraaa lembar pengumumannya merah seperti dugaanku, eh eh tapi ko setelah di baca malah tulisannya saya di nyatakan lolos di prodi Fisika Universitas Gadjah Mada (kurang lebih seperti itu, lupa kalimat lengkapnya), saya pun mengucek-ucek mata takutnya salah baca, tapi MasyaAllah ini benerann, saya pun langsung sujud syukur, terimakasih yaa Allah ini jauh di luar angan-angan ku, kau memberikan hadiah yang lebih dari apa yang ku harakan, rasa ucap syukur tak hentinya ku ucapkan, bapak dan ibu pun sangat bahagia, ibu dan bapak pun sama sujud syukur. Karena saya masih shock dan seneng sampe lupa dengan masakan di dapur begitu pula ibu, sampai tercium bau hangus, ternyataa kolak (makanan khas ramadhan) gosong, wkwkwkwk. Kata Ibu ga papa ga papa, kamu sudah lolos saja ibu sangat bersyukur. Kolak mah nanti buat lagi aja hihihi, saya pun mengabari kedua teteh saya yang di Jogja dan Klaten bahwa saya lolos. Dan mengucapkan terimakasih karena sudah sangat membantu saya. Perjuangan bolak balik Brebes Buntet untuk kelengkapan data pun ku jalani tanpa terasa berat sedikit pun, meski saat itu bulan puasa, semangat aja rasa nya, karena Allah telah memberi kesempatan bagi saya menjadi camaga UGM, di tengah perjuangan bolak balik brebes buntet ada Bapak yang selalu mengantarkan saya sampai Pejagan naik motor, lalu ke Buntet nya saya naik bis di lanjut Elp, MasyaAllah nikmat sekali rasanya perjuangan ini. Itulah sedikit kisah suya perjuangan masuk PTN.

Sampai saatnya sayapun resmi menjadi mahasiswa UGM setelah mengikuti PPSMB PALAPA (ospek)
(Foto tim kelompok PPSMB saya yaitu Wreksodiningrat 21 )


Hikmah nya, jangan lelah dan patah semangat. Karena keberhasilan diawali dengan perjil hatiuangan yang tidak kecil, yakinlah bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi hambanya yang terus berusaha :). Berdo'a lah minta yang terbaik dari-Nya, karena belum tentu apa yang kita harapkan itu yang terbaik buat kita, maka Allah ganti yang menurut-Nya terbaik. Allah maha sebaik-baiknya skenario :) 

"Tuhan menaruhmu ditempatmu yang sekarang, bukan karena kebetulan. Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan air mata"


Tulisan ini saya persembahkan buat adik tingkat saya di MAN Buntet Pesantren Cirebon, semngatt dek InsyaAllah anak MAN pun bisa masuk PTN seperti UGM, UNDIP, UI, IPB, UNJ, UNY, dll. Jangan berkecil hati, karena sekolah kita bukan sekolah RSBI, bukan sekolah pavorit. Yakinlah setiap orang mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk meraih cita-cita nya. Diiringi dengan ikhtiyar dan berdoa insyaAllah cita-cita akan terwujud. Jangan lupa juga selalu meminta restu dan doa dari kedua orang tua dan Pa Yai Bu Nyai di pondok yaaaa :). Kaka tunggu kalian di kampus kerakyatan ini, salam semangatt dari kaka di kampus pancasila :)  



Yogyakarta, 16 Januari 2018
Pukul 21.45 WIB

NF
(Menulis ditemani rintik hujan yang membasahi Kota Jogja sejak sore hari sambil menyeruput teh hangat)


Komentar