Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Ramadhan saya banyak belajar dari mu.
Belajar menahan amarah salah satunya.
Pada suatu malam, saya menonton acara Shihab & Shihab di Youtube Narasi. Saat itu membahas mengenai "Bagaimana marahnya Rasulullah".
Pada awalnya sayapun setuju dengan pernyataan Mba Najwa yang menyatakan bahwa: marah artinya meluapkan amarah. Namun, pengertian marah menurut Prof. Quraish Shihab, bukanlah demikian. Beliau mengartikan bahwa marah adalah sikap tidak senang melihat sikap orang lain yang kita tidak sukai.
Marah ada dua jenis yaitu marah pada tempatnya (misal marah kepada orang yang menjajah kita) dan marah tidak pada tempatnya yaitu yang dikendalikan oleh hawa nafsu biasanya terlihat dari raut mukanya yang merah padam, tidak menguasai diri, dan meluap-luap.
Pada dasarnya, agama tidak melarang kita marah. Namun, yang pertama dimintanya yaitu tahan dulu amarah. Menahan amarah disini mengajarkan kita untuk berpikir. Berikut tahapan berpikirnya:
a.) Apakah ini sudah wajar marah atau belum? Jika sudah wajar, berpikir kembali:
b.) Sudah kepada orang yang tepat belum? Apakah ada penyebab lain? Jika sudah tepat, berpikir kembali:
c.) Sudah pada tempatnya belum marah ini? Jika sudah, berpikir kembali:
d.) Apa batas kemarahannya?
- dengan maki-maki
- menegur
- cukup dengan mata
Itulah keempat tahapan marah yang dijabarkan oleh Prof. Quraish Shihab.
Dalam suatu hadits disebutkan "Jangan marah kau dapatkan surga", masyaAllah.
Orang bijak berkata "Kalau mau marah silakan marah, tetapu upayakan jangan tampak di air muka".
Ada pertanyaan, jika tetap nampak di muka lalu bagaimana?
Jawabannya: Jangan sampe lidah bergerak.
Jika lidah berucap, jangan sampe melampaui batas.
Jika melampaui batas, jangan sampe tangan bergerak.
Itulah upaya-upaya yang bisa kita terapkan dalam menahan amarah. Pengendalian amarah berkaitan erat dengan hawa nafsu, karena itu: Kalau ada seseorang yang menimbulkan kejengkelan kamu di bulan puasa maka sampaikan padanya kamu sedang puasa.
Itulah salah satu hikmah puasa, kita belajar menahan amarah.
Pesan penutup dari Prof Quraish Shihab dari acara Shihab & Shihab kala itu:
"Kalau makian kamu benar saya memohon semoga Tuhan mengampuniku. Kalau makianmu salah semoga Tuhan mengampunimu".
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
#RamadhanDay16
#RamadhanKareem
#nisalearn
#dirumahaja
Brebes, 9 Mei 2020
NF
Pada suatu malam, saya menonton acara Shihab & Shihab di Youtube Narasi. Saat itu membahas mengenai "Bagaimana marahnya Rasulullah".
Pada awalnya sayapun setuju dengan pernyataan Mba Najwa yang menyatakan bahwa: marah artinya meluapkan amarah. Namun, pengertian marah menurut Prof. Quraish Shihab, bukanlah demikian. Beliau mengartikan bahwa marah adalah sikap tidak senang melihat sikap orang lain yang kita tidak sukai.
Marah ada dua jenis yaitu marah pada tempatnya (misal marah kepada orang yang menjajah kita) dan marah tidak pada tempatnya yaitu yang dikendalikan oleh hawa nafsu biasanya terlihat dari raut mukanya yang merah padam, tidak menguasai diri, dan meluap-luap.
Pada dasarnya, agama tidak melarang kita marah. Namun, yang pertama dimintanya yaitu tahan dulu amarah. Menahan amarah disini mengajarkan kita untuk berpikir. Berikut tahapan berpikirnya:
a.) Apakah ini sudah wajar marah atau belum? Jika sudah wajar, berpikir kembali:
b.) Sudah kepada orang yang tepat belum? Apakah ada penyebab lain? Jika sudah tepat, berpikir kembali:
c.) Sudah pada tempatnya belum marah ini? Jika sudah, berpikir kembali:
d.) Apa batas kemarahannya?
- dengan maki-maki
- menegur
- cukup dengan mata
Itulah keempat tahapan marah yang dijabarkan oleh Prof. Quraish Shihab.
Dalam suatu hadits disebutkan "Jangan marah kau dapatkan surga", masyaAllah.
Orang bijak berkata "Kalau mau marah silakan marah, tetapu upayakan jangan tampak di air muka".
Ada pertanyaan, jika tetap nampak di muka lalu bagaimana?
Jawabannya: Jangan sampe lidah bergerak.
Jika lidah berucap, jangan sampe melampaui batas.
Jika melampaui batas, jangan sampe tangan bergerak.
Itulah upaya-upaya yang bisa kita terapkan dalam menahan amarah. Pengendalian amarah berkaitan erat dengan hawa nafsu, karena itu: Kalau ada seseorang yang menimbulkan kejengkelan kamu di bulan puasa maka sampaikan padanya kamu sedang puasa.
Itulah salah satu hikmah puasa, kita belajar menahan amarah.
Pesan penutup dari Prof Quraish Shihab dari acara Shihab & Shihab kala itu:
"Kalau makian kamu benar saya memohon semoga Tuhan mengampuniku. Kalau makianmu salah semoga Tuhan mengampunimu".
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
#RamadhanDay16
#RamadhanKareem
#nisalearn
#dirumahaja
Brebes, 9 Mei 2020
NF
Komentar
Posting Komentar