Simpati or Empati

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

"Bersyukur adalah cara termudah untuk bahagia".


Pagi tadi menuju siang saya belanja ke pasar Ketanggungan, saya pergi menggunakan sepeda motor. Untuk sampai di pasar terlebih dahulu saya melewati jalan yang kanan kirinya lahan persawahan hijau. Meski saya berangkat aga siangan (sekitar pukul 10 an), udara masih cukup sejuk, namun matahari cukup menyengat kulit. 

Di tengah perjalanan saya menemui seorang kakek penjual mainan anak-anak menggunakan sepeda ontel. Namun, beliau tidak menaiki sepedanya melainkan dituntun. Saya kurang tahu mengapa beliau lebih memilih menuntun sepeda dengan jalan kaki daripada mengayuhnya. Semoga saja bukan karena sepedanya bocor atau gembes. Tadi ingin rasanya saya berhenti untuk sekedar membeli sedikit mainan nya ataupun berbincang dengannya. Namun, sayang tadi pas ketemu beliau posisinya sedang d belokan jalan dan sedang banyak kendaraan hilir mudik, sehingga saya mengurungkan niat itu. Mohon maaf yaa Kek, masih belum bisa membantu. Semoga rezeki kakek lancar dan berkah selalu. 

Sebenarnya bukan kali ini saja saya menemui beliau-beliau yang jalan kaki menjajakan dagangannya tanpa mengenal lelah, tanpa mengenal panas, tanpa mengenal hujan, dan dalam kondisi puasa. 

Suatu hari juga saat saya berbelanja ke pasar, d perjalanan masih dekat dengan desa saya, saya menemui seorang bapak yang berjualam sapu jalan kaki. Saya bertemu beliau itu d jalanan persawahan. Dalam benak saya berpikir, berarti bapaknya jalan kaki yaa untuk sampai d desa selanjutnya. Ya Allah, panas-panas bawa barang dagangannya d pundak sedang puasa pula. Ingin rasanya saya menawarkan tumpangan, tapi saya ga berani soalnya bapak-bapak. Pas saya pulang dari pasar lewat jalan itu lagi saya ketemu bapaknya. Dan benar saja beliau jalan kaki menuju desa sebelah. Pas ketemu lagi itu beliau belum sampe desa sebelah itu baru setengah perjalanan. Sayapun langsung gerentes ya Allah kasian pasti cape. Lagi-lagi saya hanya bisa mendoakan beliau. 

Dari kejadian ini saya kembali berfikir, bahwasannya Allhamdulillah saya masih lebih beruntung. Harus d tingkatkan kembali rasa syukurnya. Jangan mengeluh, lihatlah ke bawah sebelum kamu mengeluh nis. Di luar sana masih banyak orang yang masih kekurangan.

Jikalau saya di posisi beliau belum tentu saya kuat menjalaninya. Beliau-beliau ini sangat kuat demi menghidupi keluarganya. MasyaAllah.

Pelajaran berharga yang kutemui di jalan itu menimbulkan rasa simpati dalam diri ini. Namun, belum tumbuh rasa empati saya. Sampai saat ini ketika menemui beliau-beliau saya hanya bisa mendoakan belum bisa berbagi langsung dengan beliau2. Semoga suatu saat nanti ada rezeki untuk berbagi dengan mereka. Aamiin Allahumma Aamiin. 

Ketenangan hidup
Kebahagiaan hidup
Ketentraman hati
Itu bermula dari rasa bersyukur dan menerima.

Diri ini seringkali merasa kurang dan terus berambisi. Yang menyebabkan diri ini diliputi kegelisahan dan kesedihan. 

Teruslah bermimpi Nis
Teruslah berikhtiyar Nis
Tapi jangan terus menerus merasa kurang
Syukurilah apa yang kau miliki sekarang
Kerjakan apa yang ada di depan matamu sekarang dengan sungguh-sungguh tanpa mengeluh. InsyaAllah suatu saat nanti akan indah pada waktunya.

#RamadhanKareem
#11Ramadhan1440H
#NisaStory

Wassalamu'alaikum Wr. Wb. 

Brebes, 16 Mei 2019
Pukul 19.25 WIB

NF
(Menulis di saat yang lain sedang sholat taraweh, kebetulan saya sedang berhalangan)


Komentar